 |
sumber: internet |
Bulan Ramadhan tak terasa akan memasuki sepuluh hari terakhir. Namun, apabila kita lihat. Semakin lama shaf – shaf shalat Tarawih semakin berkurang. Apabila kita analogikan. Kondisi seperti ini, “Bagaikan orang yang menonton Bioskop ”. Artinya, ” Ketika film akan mencapai klimaksnya, terkadang ada sebagian penonton yang tidur, pergi ke WC, atau malah dimanfaatkan dengan hal “maaf” tidak baik.
Begitu pula, dengan pelaksanaan shalat Tarawih di bulan Ramadhan. Di saat malam – malam puncak di bulan Ramadhan yang begitu di muliakan Allah. Sayang, malam - malam itu tidaklah mereka ( umat Islam ) manfaatkan sebaik mungkin. Padahal, dalam malam tersebut terdapat malam Lailatul Qadar, yaitu malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Allah menjelaskan dalam surat Al Qadar ( 97 ) ayat 1 – 5, yang artinya : “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya ( Al Qur’an ) pada malam kemuliaan . Dan taukah kamu apakah malam kemuliaan itu ? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat – malaikat dan malaikat Jibril dengan ijin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu
( penuh ) kesejahteraan sampai terbit fajarnya untuk mengatur segala urusan. Malam itu ( penuh ) kesejahteraan sampai terbit fajar.”
Jika kita melihat dan memperhatikan arti ayat di atas. Justru pada saat puncaklah kita seharusnya memberikan segala perhatian kita pada bulan Ramadhan ini. Malam Lailatul Qadar tidak akan datang pada bulan – bulan yang lain. Tapi, hanya bulan Ramadhan saja. Apakah kita tidak ingin mendapatkan kemuliaan yang lebih baik dari seribu bulan? Coba kita bayangkan, 1 bulan = 30 hari atau bahkan ada yang 31 hari. 30 hari x 1000 = 30.000 hari, 30.000 / 365 hari = 82,1917808 apabila kita bulatkan menjadi 82 th. Apakah kita sanggup beribadah 82 th ? Apakah umur kita sanggup mencapai 82 th? Apakah kita masih kuat melaksanakan ibadah di Usia 82 th.
Sungguh beruntung, orang – orang yang mendapatkan Lailatul Qadar. Sungguh Mulia apabila seluruh umat Islam di Indonesia mendapatkan malam Lailatul Qadar. Sungguh baik apabila setelah usainya bulan Ramadhan, masjid – masjid penuh bagaikan bulan Ramadhan yang menurunkan Malam Qadar. Namun, yang menjadi pertanyaan apakah umat Islam, setelah berakhirnya bulan Ramadhan akan kembali pada Fitrahnya ?
Sebagian mungkin, “YA” tapi mungkin sebagian lagi “TIDAK”. Bisa saja mereka ( umat Islam ) memang kembali ke fitrahnya, Miras beredar luas lagi, Narkoba meracuni para remaja, Free sex kembali marak, bahkan sampai aborsi. Nauddzubillah.
Seharusnya Indonesia menjadi Negara beruntung, karena memiliki wilayah yang begitu luas sebesar 1.904.569 km2, dengan kepadatan penduduk 124 /km2. Bahkan umat Islam di Indonesia berjumlah 85,2 % dari penduduk Indonesia yang mencapai 237.556.363 . Tapi, kini malah “Buntung”. Aceh ingin melepaskan diri dari NKRI, Maluku dan Papua ingin mendirikan Negara sendiri. Kemudian kasus Korupsi dan Terorisme yang menjadi ancaman bagi generasi muda kita, khususnya umat Islam. Mau dibawa kemana Negara kita?
Seharusnya umat Islam kita harus menjadi pelopor, bukan malah ditembak “pelor” oleh Polisi karena kedapatan Judi. Bersatu dalam mencapai cita – cita untuk memajukan Bangsa dan Agama Islam di Indonesia. Itulah, yang seharusnya dilakukan oleh umat Islam di Indonesia. Janganlah umat Islam di Indonesia mudah terprovokasi, oleh hal – hal yang tidak penting. Karena, jika umat Islam mudah terprovokasi, salah satu ancamannya yaitu akan terjadinya pecah belah umat bahkan bisa menimbulkan kerusakan materi maupun fisik.
Bukankah dalam semboyan kita di katakan “ Bersatu kita teguh, Bercerai kita runtuh”. Bagaimana jadinya apabila umat Islam di Indonesia kemudian hancur karena tidak ada persatuan ? Jawabannya cuma satu “KIAMAT”.
Mulailah dari sekarang umat Islam bercermin, lihat apa kekurangan kita. Apa yang mesti kita perbaiki. Dari mulai diri sendiri, Keluarga, Lingkungan, sampai ke Pemerintahan. Umat Islam memerlukan benteng diri dari globalisasi jaman dan moderenisasi mode. Pemerintah seharusnya meningkatkan jam pelajaran agama Islam di SD / SMP / SMA menjadi, misal : 6 jam / minggu, tidak seperti sekarang yang hanya 2 jam / minggu. Atau kembali mengembangkan Pengajian – Pengajian atau Majelis – Majelis dakwah di lingkungan RT / RW Se-tempat. Ingat, umat Islam jaman dahulu begitu hebat karena mereka rutin mengaji. Sebaliknya, umat Islam sekarang terpuruk karena malas mengaji.
Bukankah, jaman dahulu Rasulllah Saw, berdakwah secara sembunyi – sembunyi pada kondisi masyarakat yang sedemikian rusak. Dan mereka mendirikan sebuah majelis yang dinamakan Darul Arqam. Sebuah majelis yang hanya berisi delapan sampai sepuluh sahabat. Majelis ini diselenggarakan di rumah Arqam bin Abil Arqam. Hebatnya, majelis ini mampu melahirkan manusia – manusia para pengukir sejarah Islam yang memberikan cahaya Islam di tengah kegelapan jahiliah pada jaman itu.
Bukan tidak mungkin, umat Islam di Indonesia pun mampu untuk melahirkan Darul Arqam – Darul Arqam baru, mulai dari pelosok Desa sampai Kota, dari Sekolah sampai Pemerintahan. Rasullulah saw bersabda, “Tidak akan bergeser telapak kaki seorang hamba pada hari kiamat nanti, sampai ditanya tentang empat perkara : tentang umurnya, untuk apa ia habiskan? Tentang masa mudanya, untuk apa ia gunakan? Tentang hartanya, dari mana ia peroleh dan kemana ia nafkahkan? Dan tentang ilmunya, apa yang telah ia amalkan darinya?”( HR Turmudzi ).
Menjadi Islam yang Kaffah memanglah tidak gampang, tapi cobalah dari hal – hal yang kecil bila kita ikhlas, namun berat jika kita malas . Misalnya: saat ini kita sedang mendapatkan kenikmatan yang sangat besar yaitu melaksanakan puasa di bulan Ramadhan dengan sebaik – baiknya, melaksanakan apa yang menjadi kewajibanNya, dan menjauhi segala LaranganNya. Diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah dari Abu Hurairah bahwa Rasullulah Saw bersabda : “Bulan Ramadhan adalah bulan yang Allah telah memfardukan kamu berpuasa didalamnya,dan aku telah mensunahkan kamu berdiri dan beribadat didalamnya. Barangsiapa berpuasa dan bershalatul qiyam didalamnya karena iman dan karena mengharapkan ridha Allah, niscaya ia keluar dari dosanya, seperti hari dilahirkan oleh Ibunya”.
Semoga di bulan Ramadhan ini umat Islam di Indonesia bisa memanfaatkan waktu sebaik mungkin, karena belum tentu apakah esok, lusa kita akan bertemu dengan bulan Ramadhan lagi. Syeikh Ahmad Yasin, ulama kharismatik dari Palestina, dalam khutbahnya pernah berkata : “ Tanpa Islam, umat Islam tak akan pernah meraih kemenangan. Harus ada sekelompok orang dari umat ini yang siap menerima panji kepemimpinan yang berpegang teguh kepada Islam, baik sebagai aturan, perilaku, pergerakan, pengetahuan, maupun jihad. Inilah satu – satunya jalan. Pilih Allah atau Binasa”. (nandar sunandar)