Wednesday, April 10, 2013

Sejarah Singkat Masuknya Islam ke Sumedang


Aom Ahmad dan Turis dari Belanda (sumber: pribadi)
Aom Ahmad : Senopati ing a logo Sayyidin panatagama

Atlas-Menurut Raden Ahmad Ketua Museum Prabu Geusan Ulun. Masuknya Islam ke Jawa Barat atau Sunda. Sejalan dengan penyebaran yang dilakukan oleh salah seorang wali,yaitu  Sunan Gunung Djati di daerah Cirebon. Masuknya Islam ke Sumedang tidaklah dilakukan dengan cara penaklukan-penaklukan seperti halnya penyebaran di Banten. Melainkan dilakukan dengan cara pendekatan-pendekatan, tidak ada kontak fisik didalamnya.

“Masuknya Islam ke Sumedang banyak dilakukan dengan berbagai cara, dilakukan dengan pendekatan –pendekatan sebab hal yang dianut oleh masyarakat Sumedang dulu sudah tidak terlalu hinduistis (sudah ada unsur-unsur islam), yang diajarkan oleh para leluhur Sumedang, Prabu Tadjimalela dengan falsafah Kasumedangan,” ungkap Aom Ahmad panggilan Raden Ahmad saat ditemui di Kantornya di Kompleks Gedung Srimanganti, Museum Prabu Geusan Ulun Selasa (31/7).

Lanjut Aom, Ketika Islam masuk dari Cirebon. Pangeran Santri (Pangeran ulama Islam dari Cirebon)melakukan penyebaran islam dengan  pendekatan (waktu dulu ) dilakukan dengan menggunakan tokoh sentral.

“ Pendekatan tokoh sentral saat itu ada pada diri Nyi Mas Ratu Inten Dewata atau bergelar Ratu Pucuk Umun.  Pendekatan dilakukan dengan cara tukar pikiran,dialog,diskusi,sehingga satu sama lain tertarik dan terjadilah perkawinan. Dengan perkawinan inilah penyebaran islam dilakukan secara mulus . Tentunya kalau raja atau ratu masuk islam maka rakyat akan tertarik untuk masuk islam,” ujar Aom Ahmad.

Dengan pernikahan antara Pangeran Santri dan Ratu Pucuk Umum. Dengan demikian pengaruh Islam telah masuk ke Sumedang. Sehingga diperkirakan tahun 1530 Sumedang telah Islam.

“Sumedang telah masuk Islam sejak dulu pernikahan tahun 1530, dan Sumedang telah Islam lebih dulu dibandingkan Pajajaran,” ungkap Raden Ahmad.

Dijelaskan pula oleh Aom Ahmad, tradisi masa lalu masih sangat kuat saat itu. “Tradisi Foklore (dongeng),dan raja mampu memimpin dalam keagamaan dan harus mampu berlaga di medan jurit sangatlah terasa,”ujarnya.

Lanjut Aom, Raja saat itu haruslah mampu menjadi pemimpin agama dan juga panglima perang. “Senopati ing a logo sayyidin panatagama, artinya senopati sebagai panglima perang dan sayyidina panatagama sebagai pemimpin agama,” Pungkas Aom yang memiliki motto cintai pekerjaan, syukuri rizki, nikmati hidup di jalan Allah. (atlasnewsone dan berbagai sumber).

2 comments:

  1. cintai pekerjaan,syukuri rizki,nikmati hidup di jalan Alloh...
    Subhanalloh..

    ReplyDelete
  2. di situraja ada makam dengan tulisan arab gundul ..wafat sekitar tahun 1220 apa mungkin sebelum pangeran santri membawa islam sekitar tahun 1530..ada ulama lain yang membawa isalam sebelum pangeran santri membawa islam

    ReplyDelete

Visitors

Search