Masa tua seharusnya menjadi sebuah keindahan, dan kebahagiaan ketika kita bisa berkumpul dengan keluarga. Mendapatkan kasih sayang, perhatian, cinta dari anak dan cucu adalah impian semua orang. Tetapi, tidak halnya dengan nenek Min Rusmini perempuan berkerudung berusia 68 tahun ini. Ia harus menanggung beban hidup yang teramat berat. Hampir – hampir ia tidak mampu membendung emosinya ketika diwawancari.
Nenek Min Rusmini atau biasa disebut Ceuceu ini, dulunya adalah seorang kuli nyuci di Jakarta. Ia menikah dengan orang Bandung dan memiliki 4 orang anak, 1 orang anak tinggal di Semarang, 2 tinggal di Bandung, 1 orang lagi tinggal di Sumedang. Tapi anak yang tinggal di Sumedang diadopsi oleh orang lain.
Ceuceu yang lama tinggal di Jakarta tak pernah berfikir akan mendapatkan ‘hadiah’ hari tua yang tidak mengenakan. Desember 2010, ceuceu harus merelakan rumah miliknya, hancur karena kebakaran. Semua harta benda habis dilalap si jago merah. Awalnya ia tidak tahu bahwa rumahnya terbakar. Tetapi, ia pun bertanya kepada polisi dan tetangganya. Terkejut, ia hanya bisa menangis bahwa ternyata rumahnya habis dimakan api. Ceuceu hanya bisa menyebut,”Baju aing beak?”, “Baju aing beak?”( Baju saya habis ?, Baju saya habis ?).
Setelah kejadian itu, ia tidak punya lagi tempat tinggal. Anaknya yang dari Bandung sempat menawarkan untuk tinggal bersama dan akan menjemput kemudian hari. Tetapi sampai sekarang, anak laki – lakinya itu tidak pernah datang dan tampak batang hidungnya. Ia, hanya bisa besabar dan bersabar sampai anak laki –lakinya itu menjemputnya.
Untuk sementara, ceuceu pun tinggal di rumah adiknya. Tapi, disana ia mendapatkan perlakuan yang tidak mengenakan. Terutama dari suami adiknya. Bahkan menurut salah seorang tetangga, suami adiknya itu sebut saja ( mr.x ), mengancam tetangga jikakalau ada yang memungut nenek Rusmini.
“Lamun di kukut (dipungut), rek ditampiling (tempeleng), ku aing(saya),” begitu kata tetangga menirukan perkataan mr.x.
Pernah, ketika sedang menyapu, ia pernah disumpahi, “Sing gera Modar”.(semoga cepat Mati). Karena merasa tidak dihargai, nenek Rusmini pun, pergi dari rumah adenya itu. Ia tidak mau kalo sampai adenya cerai, gara – gara membantu dirinya. Ia lebih baik menghindar. Dan ia pun kini tinggal bersama tetangganya yang iba melihat penderitaan nenek Rusmini.
Rumah yang ditinggali oleh nenek Rusmini adalah rumah kecil milik Ibu Nani di daerah Cipeuteuy Baru, Kelurahan Kota Kaler, Kecamatan Sumedang Utara, Kabupaten Sumedang. Ibu Nani adalah bekas guru. Di rumah yang kecil itu, Nenek Rusmini harus hidup bersama 3 keluarga ibu Nani lainnya, yakni Novi, Ida dan Omah. Meskipun agak canggung tinggal bersama orang lain, tapi setidaknya nenek Rusmini masih dihargai sebagai manusia.
Kini, Di saat tubuhnya yang mulai agak ringkih,dan mulai melemah. Nenek Rusmini tetap rajin bekerja. Ia bekerja membantu orang lain. Seperti mengupas Ileus,bantu – bantu menyapu, dan mengantarkan telur. Meskipun penghasilannya tidak menentu, tapi ia bersyukur dan yang penting uangnya cukup untuk biaya hidup sehari – hari. Bukan hasil meminta – minta.
Meskipun kini tinggal di rumah tetangga. Nenek Rusmini memiliki harapan, semoga ia bisa memiliki rumah dan terutama bisa kumpul bersama keluarganya lagi, Menikmati masa tua dengan anak dan cucunya.[]
0 comments:
Post a Comment