Wednesday, April 10, 2013

Jantung Pisang Penyambung Hidup

Pak Ocim (Sumber: pribadi)
Siang hari yang begitu panas menyengat di kota Sumedang. Tidak dihiraukan oleh Pak Ocim (70),warga Sukamantri,Tanjungkerta.Saat itu,pak Ocim menjajakan dagangannya di Pedestrian tepatnya di depan Bank Mandiri Syariah (bekas gedung bioskop Diana). Menggunakan baju kemeja lusuh, Celana panjang tanpa alas kaki dan topi untuk menutupi kepala dari matahari. Pak Ocim tetap semangat menjajakan dagangannya, Jantung Pisang!

Ya,hanya jantung pisang yang dijual pak Ocim. Sesekali pak Ocim menatap dengan tatapan kosong ke arah jalan, entah apa yang ia pikirkan. Pak Ocim mengaku bahwa ia berjualan sejak pagi hingga siang ini sekitar jam 2 baru terjual beberapa buah saja.

“ harga jantungna 5000an, nembe laku 4 siki 5 siki”, ujar Bapak beranak satu sesekali menatap tajam kearah jalan raya .

Padatnya jalan raya oleh mobil dan motor seolah menjadi instrumen penghibur bagi pak Ocim. Sebelum berjualan jantung pisang.  Laki – laki lanjut usia ini berjualan ketan, menjadi kuli dan berjualan selama 15 tahun pernah dilakoni pak Ocim.

 “Hampir 15 tahun,ketan sareng kuli we,” kata pak Ocim sambil sesekali tersenyum kecil.

Saat saya coba singgung mengenai apa harapannya terhadap Pemilukada 2013 dan bagi pemimpinnya kedepan. Pak Ocim menjawab dengan polos, “ ari eta mah ngadu milik we, bapak mah ngiringan wae, teu terang ari itu ieuna mah,“ terang Pak Ocim yang memiliki penghasilan tidak menentu. (atlas news one)




Apa Salahku?Hidup Sebatang Kara Disingkirkan Saudara

 Masa tua seharusnya menjadi sebuah keindahan, dan kebahagiaan ketika kita bisa berkumpul dengan keluarga. Mendapatkan kasih sayang, perhatian, cinta dari anak dan cucu adalah impian semua orang. Tetapi, tidak halnya dengan nenek Min Rusmini perempuan berkerudung berusia 68 tahun ini. Ia harus menanggung beban hidup yang teramat berat. Hampir – hampir ia tidak mampu membendung emosinya ketika diwawancari.

Nenek Min Rusmini atau biasa disebut Ceuceu ini, dulunya adalah seorang kuli nyuci di Jakarta. Ia menikah dengan orang Bandung dan memiliki 4 orang anak, 1 orang anak tinggal di Semarang, 2 tinggal di Bandung, 1 orang lagi tinggal di Sumedang. Tapi anak yang tinggal di Sumedang diadopsi oleh orang lain.

Ceuceu yang lama tinggal di Jakarta tak pernah berfikir akan mendapatkan ‘hadiah’ hari tua yang tidak mengenakan.  Desember 2010, ceuceu harus merelakan rumah miliknya, hancur karena kebakaran. Semua harta benda habis dilalap si jago merah. Awalnya ia tidak tahu bahwa rumahnya terbakar. Tetapi, ia pun bertanya kepada polisi dan tetangganya. Terkejut, ia hanya bisa menangis bahwa ternyata rumahnya habis dimakan api. Ceuceu hanya bisa menyebut,”Baju aing beak?”, “Baju aing beak?”( Baju saya habis ?, Baju saya habis ?).

Setelah kejadian itu, ia tidak punya lagi tempat tinggal. Anaknya yang dari Bandung sempat menawarkan untuk tinggal bersama dan akan menjemput kemudian hari. Tetapi  sampai sekarang, anak laki – lakinya itu tidak pernah datang  dan tampak batang hidungnya. Ia, hanya bisa besabar dan bersabar sampai anak laki –lakinya itu menjemputnya.

Untuk sementara, ceuceu pun tinggal di rumah adiknya. Tapi, disana ia mendapatkan perlakuan yang tidak mengenakan. Terutama dari suami adiknya. Bahkan menurut salah seorang tetangga, suami adiknya itu sebut saja ( mr.x ), mengancam tetangga jikakalau ada yang memungut nenek Rusmini.

“Lamun di kukut (dipungut), rek ditampiling (tempeleng), ku aing(saya),” begitu kata tetangga menirukan perkataan mr.x.

Pernah, ketika sedang menyapu, ia pernah disumpahi, “Sing gera Modar”.(semoga cepat Mati). Karena merasa tidak dihargai, nenek Rusmini pun, pergi dari rumah adenya itu. Ia tidak mau kalo sampai adenya cerai, gara – gara membantu dirinya. Ia lebih baik menghindar. Dan ia pun kini tinggal bersama tetangganya yang iba melihat penderitaan nenek Rusmini.

Rumah yang ditinggali oleh nenek Rusmini adalah rumah kecil milik Ibu Nani di daerah Cipeuteuy Baru, Kelurahan Kota Kaler, Kecamatan Sumedang Utara, Kabupaten Sumedang. Ibu Nani adalah bekas guru. Di rumah yang kecil itu, Nenek Rusmini harus hidup bersama 3 keluarga ibu Nani lainnya, yakni Novi, Ida dan Omah. Meskipun agak canggung tinggal bersama orang lain, tapi setidaknya nenek Rusmini masih dihargai sebagai manusia.

     Kini, Di saat tubuhnya yang mulai agak ringkih,dan mulai melemah. Nenek Rusmini tetap rajin bekerja. Ia bekerja membantu orang lain. Seperti mengupas Ileus,bantu – bantu menyapu, dan mengantarkan telur. Meskipun penghasilannya tidak menentu, tapi ia bersyukur dan yang penting uangnya cukup untuk biaya hidup sehari – hari. Bukan hasil meminta – minta.

Meskipun kini tinggal di rumah tetangga. Nenek Rusmini memiliki harapan, semoga ia bisa memiliki rumah dan terutama bisa kumpul bersama keluarganya lagi, Menikmati masa tua dengan anak dan cucunya.[]




Museum Prabu Geusan Ulun: Saksi Sejarah Sumedang



Lansia pun Cinta Sejarah (sumber:pribadi)
JasMerah (Jangan sekali – kali melupakan Sejarah) ~Soekarno

Pernyataan Presiden RI pertama tersebut benar adanya. Jika anda ingin belajar sejarah, khususnya sejarah kabupaten Sumedang dari awal hingga sekarang. Maka, ada tempat special untuk anda penikmat sejarah. Dimana lagi, kalau bukan di Museum Prabu Geusan Ulun Sumedang. Di tempat ini anda akan diajak untuk bernostalgia ke Abad 18.

Museum Prabu Geusan Ulun beralamat di jalan Prabu Geusan Ulun No.40 Sumedang Jawa Barat. Untuk mencapai tempat ini tidaklah sulit, sebab tempat ini tepat di pusat kota sebelah selatan alun – alun berdekatan dengan Gedung Negara, kediaman Bupati Sumedang. Untuk dari arah Bandung, anda bisa menggunakan angkot 04 berhenti depan alun – alun Sumedang. Sedangkan dari arah Cirebon, anda bisa naik kendaraan 03 dari bundaran dano.

     Harga tiket masuk ke Museum Prabu Geusan Ulun, cukup terjangkau kantong. Dengan mengeluarkan Rp 2000 untuk kalangan TK,SD, SMP Lalu Rp 3000 untuk kalangan SMA,Mahasiswa dan Umum serta Rp 10.000 untuk wisatawan asing. Tempat ini sangat pas untuk dijadikan planning liburan anda. Apalagi, ditambah suasana tempatnya yang nyaman, asri dan koleksi – koleksinya yang unik dan menarik. Membuat anda akan merasa betah berlama – lama disana.

Museum Prabu Geusan Ulun resmi dibuka pada tahun 1974, di masa Bupati Sumedang, Drs. Supian Iskandar. Nama tempat ini, diambil dari nama raja Sumedang larang terakhir yakni Prabu Geusan Ulun (1578 – 1601). Museum ini terdiri dari beberapa gedung. Menurut Iis Nuraeni (67 tahun), Rabu,06 Juni 2012,” Museum ini terdiri dari 6 bangunan. Pertama, gedung Srimanganti dibangun tahun 1706. Kedua, Bumi Kaler dibangun tahun 1850. Ketiga, Gendeng dibangun tahun 1850. Keempat, Pusaka Baru tahun 1990. Kelima, Gamelan dibangun tahun 1973. Dan yang keenam, Gedung Kereta Kencana, tahun 1996.”
Di gedung Srimanganti anda akan merasakan hebatnya arsitektur bangunan tua di abad ke 18. Di dalam gedung ini tersimpan meja pemberiaan ayahanda R.A Kartini dengan ukiran – ukiran khas Jepara di meja tersebut. Lalu, disimpan pula baju – baju kebesaran bupati Sumedang tempo dulu. Kemudian, anda akan melihat tempat tidur Pangeran Kornel yang begitu dominan dengan warna kuning dan hijau.

Sementara, di gedung Bumi Kaler anda akan melihat tiga macan lodaya asal Bengkulu. Disamping itu terdapat lukisan Pangeran Kornel ketika sedang bersalaman dengan Mas Galak atau Dandles saat sedang membuat jalan pos Anyer – Panarukan di Sumedang. Nama tempat bersalaman itu kini dikenal dengan nama Cadas Pangeran. Koleksi naskah – naskah kuno dan Al Qur’an tulis tangan tahun 1836, sayang untuk di lewatkan di tempat ini.

Di Gedung Gendeng, anda akan diajak untuk melihat koleksi wayang golek peninggalan pangeran Sugih.  Dan tempat ini merupakan berfungsi sebagai tempat penyimpanan benda- benda pusaka. Gedung yang dibangun tahun 1850 ini, di dominasi oleh warna putih untuk dinding bangunannya dan hijau untuk pintu dan jendelannya. Berjalan sejenak, di samping gedung Gendeng. Terdapat gedung Pusaka. Di gedung ini tersimpan Mahkota Binokasih dari Emas asli. Mahkota tersebut kini tersimpan di lemari kaca yang anti peluru. Sedangkan mahkota yang digunakan sekarang di upacara – upacara pernikahan, merupakan mahkota duplikat.

Mahkota Binokasih merupakan koleksi paling menarik yang ada di museum Prabu Geusan Ulun. Anda tahu kenapa ? Sebab mahkota Binokasih merupakan mahkota pemberiaan dari Prabu Siliwangi kepada Kerajaan Sumedang larang waktu itu. Selain itu, di gedung Pusaka pula terdapat keris Nagasastra, milik Pangeran Kornel di abad 18. Dan menurut Iis Nuraeni (67tahun), “pada bulan Mulud, benda – benda pusaka ini di mandikan dan diarak pada kecuali Mahkota Binokasih yang asli.”

Lalu, anda akan memasuki kawasan gedung Gamelan dan gedung Kereta. Di  gedung Gamelan anda akan melihat koleksi – koleksi macam – macam gamelan. Diantaranya, Sari Oneng Parakansalak, dan Sari Oneng Mataram di abad 17 peninggalan Pangeran Penembahan. Selain itu, terdapat foto Ali Sadikin dan Istri. Ali Sadikin merupakan tokoh Sumedang yang pernah menjadi Gubernur DKI Jakarta. Sementara di gedung Kereta, Anda akan melihat kereta Naga Paksi merupakan peninggalan Pangeran Soegih. Kereta ini dipergunakan untuk upacara kebesaran. Kereta Naga Paksi yang asli tersimpan baik di museum. Sementara, untuk menggantinya dibuatlah duplikat kereta Naga Paksi.

Setelah puas, memutari bangunan seluas 1, 5 Hektar dan melihat koleksi – koleksi museum Prabu Geusan Ulun. Anda akan dihadapi pada perasaan, kagum dan luar biasa dahsyatnya sejarah Sumedang. Selain itu, anda pun bisa beristirahat sejenak karena di samping museum ada warung yang siap menampung aspirasi perut anda.

Jangan lupa, Museum Prabu Geusan buka dari Hari selasa sampai minggu (Kecuali hari jum’at, senin serta hari besar nasional libur). Tempat ini dibuka dari pukul 08.00 – 14.00 WIB. Khusus hari minggu, di museum selalu ada  kegiatan gamelan degung dan tari. Saat disinggung mengenai berapa jumlah pengunjung yang datang ke museum. Menurut Reni (49 tahun), “pengunjung yang datang kesini, banyaknya pas MOS dan kenaikannya sampai limaratus lebih. Sementara untuk hari biasa biasanya seratus tiket habis dalam lima hari.” Pernyataan Reni diamani pula oleh Iis Nuraeni yang sudah dari tahun 1978 mengabdi di museum ini.

Sudah menyiapkan rencana liburan anda. Saya rekomendasikan pada anda. museum Prabu Geusan Ulun adalah tempat yang tepat untuk mengisi liburan anda dengan positif. Dengan harga yang begitu murah anda akan mendapatkan pengalaman jauh daripada uang yang anda keluarkan. So, persiapkan diri kalian dan rasakan sensasi perjalanan menyusuri saksi sejarah Sumedang, Museum Prabu Geusan Ulun.*


*Nandar Sunandar, Jurnalistik Semester IV/B Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Gunung Djati Bandung.  

Sejarah Singkat Masuknya Islam ke Sumedang


Aom Ahmad dan Turis dari Belanda (sumber: pribadi)
Aom Ahmad : Senopati ing a logo Sayyidin panatagama

Atlas-Menurut Raden Ahmad Ketua Museum Prabu Geusan Ulun. Masuknya Islam ke Jawa Barat atau Sunda. Sejalan dengan penyebaran yang dilakukan oleh salah seorang wali,yaitu  Sunan Gunung Djati di daerah Cirebon. Masuknya Islam ke Sumedang tidaklah dilakukan dengan cara penaklukan-penaklukan seperti halnya penyebaran di Banten. Melainkan dilakukan dengan cara pendekatan-pendekatan, tidak ada kontak fisik didalamnya.

“Masuknya Islam ke Sumedang banyak dilakukan dengan berbagai cara, dilakukan dengan pendekatan –pendekatan sebab hal yang dianut oleh masyarakat Sumedang dulu sudah tidak terlalu hinduistis (sudah ada unsur-unsur islam), yang diajarkan oleh para leluhur Sumedang, Prabu Tadjimalela dengan falsafah Kasumedangan,” ungkap Aom Ahmad panggilan Raden Ahmad saat ditemui di Kantornya di Kompleks Gedung Srimanganti, Museum Prabu Geusan Ulun Selasa (31/7).

Lanjut Aom, Ketika Islam masuk dari Cirebon. Pangeran Santri (Pangeran ulama Islam dari Cirebon)melakukan penyebaran islam dengan  pendekatan (waktu dulu ) dilakukan dengan menggunakan tokoh sentral.

“ Pendekatan tokoh sentral saat itu ada pada diri Nyi Mas Ratu Inten Dewata atau bergelar Ratu Pucuk Umun.  Pendekatan dilakukan dengan cara tukar pikiran,dialog,diskusi,sehingga satu sama lain tertarik dan terjadilah perkawinan. Dengan perkawinan inilah penyebaran islam dilakukan secara mulus . Tentunya kalau raja atau ratu masuk islam maka rakyat akan tertarik untuk masuk islam,” ujar Aom Ahmad.

Dengan pernikahan antara Pangeran Santri dan Ratu Pucuk Umum. Dengan demikian pengaruh Islam telah masuk ke Sumedang. Sehingga diperkirakan tahun 1530 Sumedang telah Islam.

“Sumedang telah masuk Islam sejak dulu pernikahan tahun 1530, dan Sumedang telah Islam lebih dulu dibandingkan Pajajaran,” ungkap Raden Ahmad.

Dijelaskan pula oleh Aom Ahmad, tradisi masa lalu masih sangat kuat saat itu. “Tradisi Foklore (dongeng),dan raja mampu memimpin dalam keagamaan dan harus mampu berlaga di medan jurit sangatlah terasa,”ujarnya.

Lanjut Aom, Raja saat itu haruslah mampu menjadi pemimpin agama dan juga panglima perang. “Senopati ing a logo sayyidin panatagama, artinya senopati sebagai panglima perang dan sayyidina panatagama sebagai pemimpin agama,” Pungkas Aom yang memiliki motto cintai pekerjaan, syukuri rizki, nikmati hidup di jalan Allah. (atlasnewsone dan berbagai sumber).

Madrid dan Dortmund Melaju Ke Semifinal


sumber: internet
Champions-Real Madrid dan Dortmund berhasil lolos ke semifinal Liga Champions Eropa. Setelah mengkandaskan lawan-lawannya. (Madrid kandaskan Galatasaray, sedangkan Dortmund kandaskan Malaga).

Real Madrid meskipun di leg kedua kalah 3-2 dari Galatasaray. Tapi Pasukan Jose Mourinho tetap melaju setelah unggul agregat (5-3).Sementara Dortmund menang dramatis atas Malaga dengan skor 3-2 (dortmund melaju setelah unggul agregat 3-2).

Dengan melajunya Madrid dan Dortmund. Membuat kedua tim ini, semakin dekat dengan si kuping besar. Yang rencananya akan di gelar di stadion New Wembley,Inggris. Kita nantikan siapa yang akan mengangkat Trophy Liga Champions Eropa musim 2013.

Visitors

Search